Pernahkan terpikir oleh kamu bagaimana sebuah bekas pabrik gula bisa di sulap menjadi sebuat tempat wisata bertaraf internasional? De Tjolomadoe adalah buktinya. De Tjolomadoe dulunya adalah sebuah pabrik gula bernama Colomandu yang di didirikan olhe Mangkunegara IV pada tahun 1861. Meskipun sudah banyak dirombak dari masa ke masa tapi arsitektur nya tetap mempunyai ciri khas yang unik.
Colomandu pernah ditutup karena krisis moneter dan semua karyawan dan pekerjanya harus di pulangkan. dan semenjak itu Colomandu jadi terbengkalai dan tidak ada aktifitas lagi. Namun walau terbengkalai pabrik ini tetap terlihat megah dan memiliki daya tarik tersendiri berkat arsitekturnya yang megah dan tidak ada unsur horor nya sekalipun. Begitu banyak spot photo yang jadi favorit para photograpfer untuk photo session atau pre wedding disini.
Di Tjolomadoe, ada beberapa ruangan yang disebut sesuai dengan nama aslinya saat ini menjadi pabrik gula Colomadu. Stasiun Gilingan akan dijadikan museum pabrik gula, Stasiun ketelan akan digunakan sebagai area makanan dan minuman, Stasiun Penguapan akan dijadikan area arcade, Stasiun Karbonatasi akan dijadikan area seni dan kerajinan tangan, Besali Cafe akan dijadikan area makanan dan minuman, Tjolomadoe Hall akan dijadikan concert hall, dan Sarkara Hall akan dijadikan ruang multi-fungsi. Concert hall bisa menampung 2000-3000 pengunjung dengan 520 kursi yang tersedia di area tribun hall.
Setelah berhenti beroperasi selama 20 tahun dari tahun 1998, Pabrik Gula Colomadu akhirnya dibuka kembali dengan wajah baru pada tahun 2017. BUMN melakukan revitalisasi pabrik bersama beberapa pihak lainnya untuk menjadikannya sebuah cagar budaya yang dikelola oleh PT Sinergi Colomadu.
Akhirnya, pada tahun 2018, De Tjolomadoe resmi dibuka untuk umum sebagai tempat wisata. Luas bangunan pabrik yang bisa dijelajahi sekitar 1,3 hektar dari total luas lahan 6,4 hektar.
Sebagian besar desain bangunan lama masih terjaga dengan baik, begitu juga dengan mesin-mesin pabrik yang ada di dalamnya. Kamu bisa melihat ciri khas bangunan pabrik itu dan mengetahui bagaimana mesin pengolah gula pada masa itu.
De Tjolomadoe juga sering dipakai sebagai gedung serbaguna untuk menyelenggarakan konser berkelas internasional. Fasilitas modern yang ditambahkan di tempat wisata ini membuat pengunjung merasa nyaman.
Di sini, kamu bisa belajar sejarah dengan cara yang menyenangkan. Ada banyak tempat yang bisa kamu eksplor di De Tjolomadoe
Setelah jalan-jalan, kamu bisa santai di salah satu cafe di De Tjolomadoe, yaitu Besali Cafe dan Tjolo Koffie. Di Besali Cafe, konsepnya adalah cafe modern yang cocok banget jadi latar foto.
Sementara itu, Tjolo Koffie memiliki tempat yang lebih terbuka dengan menu andalan berbagai macam kopi yang enak. Menikmati keindahan bangunan tempat wisata ini sambil duduk santai sambil minum secangkir kopi hangat pun terasa sangat menyenangkan.
Selain cafe, tempat wisata ini juga menyediakan restoran yang keren yang dikenal dengan nama Streetfood Festival. Restoran ini terletak di samping ketel Tekanan Rendah di dalam Museum De Tjolomadoe.
Di sini, kamu bisa menikmati berbagai menu makanan khas Solo yang enak dan juga makanan nusantara di tempat yang asyik. Harganya juga terjangkau, jadi kamu bisa mengisi kembali tenaga untuk melanjutkan jalan-jalan.
Sebelum pulang, jangan lupa mampir ke Toko Goela, salah satu toko souvenir di tempat wisata ini. Toko ini menjual berbagai macam cinderamata khas De Tjolomadoe, seperti kaos, mug, dan topi yang bisa kamu bawa pulang.
Kalau kamu ingin membeli oleh-oleh khas Solo yang tahan lama seperti batik atau kerajinan, juga bisa kamu dapatkan di sini. Jadi, liburanmu di De Tjolomadoe bisa semakin lengkap dan sempurna.
Pertama, Ruang Stasiun Gilingan yang dipenuhi mesin-mesin giling besar menjadi ruang pamer utama Museum Pabrik Gula.
Kedua, Ruang Stasiun Ketelan yang diisi ketel uap dan tangki besar menjadi Area B & F, yaitu tempat jualan makanan dan minuman.
Ketiga, Ruang Stasiun Penguapan yang lebih luas dijadikan Area Arcade, yaitu tempat jualan barang cinderamata, baju, dan souvenir lainnya.
Keempat, Ruang Stasiun Karbonatasi yang juga luas dijadikan Area Art and Craft, sebagai tempat pamer barang-barang seni dan kerajinan.
Kelima, Colomadoe Hall bisa menjadi tempat pertunjukan konser, dan Sarkara Hall bisa digunakan sebagai ruang serbaguna yang bisa menampung 3.000 orang.
Jadi, Museum De Tjolomadoe ini menjadi venue yang multifungsi, yang bisa menarik pengunjung. Bukan cuma untuk melihat museum, tapi juga untuk kegiatan lain.
Ruang Museum di De Tjolomadoe bisa jadi tempat keren untuk foto-foto, terutama karena mesin-mesin tua dengan roda besar bergigi bisa jadi latar belakang yang keren. Banyak orang tua-muda yang datang ke sini hanya untuk berfoto. Selain itu, area parkir di sekitar bangunan pabrik cukup luas, bisa untuk parkir mobil maupun bus parawisata. Biaya parkir dan tiket masuk agak mahal, tapi sesuai dengan perhitungan bisnis investor. Penggunaan kembali nama “De Colomadoe” juga bisa menarik pengunjung yang ingin bernostalgia.
Untuk merasakan keseruan di De Tjolomadoe, pengunjung tidak dipatok tiket masuk. Namun, jika kamu ingin menyewa fasilitas sepeda motor otoped atau Harley otoped, kamu harus membayar biaya tambahan. Harga sewa sepeda motor otoped adalah Rp 25.000 per 30 menit dan Rp 45.000 per 60 menit. Sementara harga sewa Harley otoped adalah Rp 35.000 per 30 menit dan Rp 65.000 per 60 menit. Jika kamu ingin masuk ke dalam museum De Tjolomadoe, kamu harus membayar tiket masuk sebesar Rp 35.000 per orang. Museum De Tjolomadoe buka setiap hari Selasa-Minggu mulai pukul 10:00-17:00 WIB, dan tiap hari Senin museum ini tutup.
Museum De Tjolomadoe terletak di Jl. Adi Sucipto, Karanganyar, Jawa Tengah. Jaraknya sekitar 5,2 km dari Bandara Adi Soemarmo dan kurang lebih 12 menit jika kamu menggunakan mobil. Rute tercepat menuju sini adalah melalui bandara dengan menggunakan mobil pribadi.
Kalau kamu datang dari pusat Kota Solo, jaraknya sekitar 11,4 km dan waktu tempuh sekitar 24 menit tergantung kondisi lalu lintas. Selain menggunakan mobil pribadi, kamu juga bisa naik bis dari Pasar raya Gentan, Miss Little Pudding, Stikes Kusuma Husada, atau Gereja St. Aloysius di Surakarta. Setiap rute bis akan memakan waktu sekitar 40-50 menit sampai ke sana, tergantung kondisi lalu lintas.
Hai! Saya telah menghabiskan lebih dari satu tahun pengalaman freelance, mengkhususkan diri dalam media sosial atau tuntutan digital seperti manajer konten, konten & copywriter, dan segala sesuatu yang Anda butuhkan untuk membentuk kehadiran digital atau media sosial Anda.